SMA NEGERI 1 BIREUEN MEMPERINGATI ISRA' MI'RAJ 27 RAJAB 1444 H / 2023
Dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1444 H/2023, SMA Negeri 1 Bireuen, melaksanakan Yasinan, Doa serta Berzikir bersama Dewan Guru, Staf Tata Usaha, dan seluruh Peserta siswa siswi Kelas X, XI dan XII, dengan Mubaligh Tgk. Bukhari Bin H. Abdul Manaf dari Paloh Gadeng pada Pagi Jum’at (17/2/2023) berlangsung dari jam 07.30. sampai jam 10.00 bertempat di Halaman Tengah SMA Negeri 1 Bireuen.
Kepala SMA Negeri 1 Bireuen Zulfikri, S.Ag., M.M Melalui Bapak Sumarditomo, S.Pd dalam sambutannya menyampaikan bahwa memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1444 H / 2023 harus dijadikan momentum mengingat sebuah peristiwa penting dari perjalanan spritual Rasulullah SAW, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Dan Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah untuk menunaikan shalat lima waktu dalam sehari saat di angkat ke langit ke tujuh oleh Allah. Perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ini dilakukan dalam waktu satu malam. Kejadian tersebut adalah salah satu peristiwa penting untuk umat Islam.
Isra Miraj terjadi di periode akhir kenabian di
Mekkah, sebelum akhirnya Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Isra Miraj
terjadi di tahun pertama sebeluh hijrah, yakni antara tahun 620-621 Masehi
(Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama).
Bapak Sumarditomo,
S.Pd mengatakan,
dengan peringatan Peristiwa Isra’ Mi’raj ini sebagai salah satu
tanda kebesaran Allah SWT. Maka dari itu, mari untuk tingkatkan iman dan ibadah
kita kepada Allah SWT. Semoga peringatan Isra Miraj ini menjadikan umat-umatnya
senantiasa untuk mendirikan shalat. Tutup
Dilanjutkan Ceramah singkat Oleh Mubaligh Tgk. Bukhari
Bin H. Abdul Manaf,
سُبْØَٰÙ†َ ٱلَّØ°ِÙ‰ٓ
Ø£َسْرَÙ‰ٰ بِعَبْدِÙ‡ِÛ¦ Ù„َÙŠْÙ„ًا Ù…ِّÙ†َ ٱلْÙ…َسْجِدِ ٱلْØَرَامِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ ٱلْÙ…َسْجِدِ
ٱلْØ£َÙ‚ْصَا ٱلَّØ°ِÙ‰ بَٰرَÙƒْÙ†َا ØَÙˆْÙ„َÙ‡ُÛ¥ Ù„ِÙ†ُرِÙŠَÙ‡ُÛ¥ Ù…ِÙ†ْ Ø¡َايَٰتِÙ†َآ ۚ
Ø¥ِÙ†َّÙ‡ُÛ¥ Ù‡ُÙˆَ ٱلسَّÙ…ِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, yang
telah mempertahankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
padanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Isra:1)
Kita mengingatkan kembali bahwa Isra Mi’raj merupakan sebuah peristiwa yang luar biasa terjadi pada Rasulullah SAW, peristiwa menggemparkan tanah Mekkah kala itu.Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa berjarak 1.500 Km dalam waktu tempuh sangat singkat yaitu 0,005 detik, Nabi Muhammad SAW mengendarai buraq, ini teknologi transportasi kehendak Allah yang terjadi saat itu.
Peristiwa ini sulit dipahami
dengan akal sehat, namun inilah mukjizat bagi Nabi Besar Muhammad SAW, momentum
isra Mi’raj yang Allah perlihatkan pada
Muhammad dan diyakinkan pada umatnya sampai dengan sekarang.
Setiap bulan Rajab kaum Muslimin
selalu memperingati peristiwa perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Isra adalah perjalanan Nabi dari
Masjidil Haram (di Makkah) ke Masjidil Aqsha (di al-Quds, Palestina). Mi’raj
adalah kenaikan Nabi menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak
dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk. Semua itu ditempuh dalam
semalam.
Peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada tahun ke 10 dari Nubuwah,
ini pendapat al-Manshurfury. Menurut riwayat Ibnu Sa’d di dalam Thabaqat-nya,
peristiwa ini terjadi 18 bulan sebelum hijrah. Dengan tujuan untuk menentramkan
perasaan Nabi, sebagai nikmat besar yang dilimpahkan kepadanya.
Agar Nabi merasakan langsung
adanya perlindungan dari-Nya, yang sebelumnya, Nabi mengalami kesulitan dan
penderitaan selama menjalankan dakwah dan kehilangan orang yang dicintai, Abu
Thalib dan Khadijah binti Khuwailid; untuk menunjukkan pada dunia bahwa Nabi
merupakan Nabi teristimewa; untuk menunjukkan keagungan-Nya (QS al-Isra’ "17":
1, QS al-An’am "6": 75, dan QS Thaha "20": 23); dan untuk menguji keimanan umat
manusia.
Mengapa perjalanan Isra Mi’raj
dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha? Peristiwa ini memberikan isyarat,
kaum Muslimin di setiap tempat dan waktu harus menjaga dan melindungi Rumah
Suci (Baitul Maqdis) dari keserakahan musuh Islam. Hal ini juga mengingatkan
kaum Muslimin zaman sekarang agar tidak takut dan menyerah menghadapi kaum
Yahudi yang selalu menodai dan merampas Rumah Suci.
Dalam perjalanan Isra Mi’raj,
Nabi dipertemukan dengan para nabi terdahulu, hal ini merupakan bukti nyata
adanya ikatan yang kuat antara Nabi SAW dengan nabi-nabi terdahulu. Sabda Nabi
SAW, “Perumpamaan aku dengan Nabi sebelumku adalah seperti seorang laki-laki
yang membangun sebuah bangunan, lalu ia memperindah dan mempercantik bangunan
itu, kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang
mengitarinya, mereka kagum dan berkata, “Amboi indahnya, jika batu batu ini
diletakkan?” Akulah batu bata itu, dan aku adalah penutup para nabi.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis shahih diriwayatkan,
Nabi SAW mengimami para nabi dan rasul terdahulu dalam shalat jamaah dua rakaat
di Masjidil Aqsha. Kisah ini menunjukkan pengakuan bahwa Islam adalah agama
Allah terakhir yang diamanatkan kepada manusia. Agama yang mencapai
kesempurnaannya di tangan Nabi SAW.
Pilihan Nabi SAW terhadap minuman
susu, ketika Jibril menawarkan dua jenis minuman, susu dan khamr, merupakan
isyarat secara simbolik bahwa Islam adalah agama fitrah. Yakni, agama yang
akidah dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntunan fitrah manusia. Tidak ada
sesuatu pun yang bertentangan dengan tabiat manusia.
Sekembalinya seseorang dari
menempuh perjalanan jauh selalu membawa oleh-oleh untuk keluarga, sanak famili,
dan tetangganya. Pun dengan perjalanan Isra Mi’raj Nabi SAW.
Nabi SAW membawa oleh-oleh untuk
umatnya. Setiap oleh-oleh yang dibawa Nabi pasti memiliki manfaat bagi manusia.
Oleh-oleh yang dimaksud adalah perintah Shalat Lima Waktu.
Sungguh merugi orang yang shalat,
namun ia tidak dapat merasakan manfaatnya. “Maka, kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS
al-Maa’un "107":
Di antara manfaat shalat itu,
pertama, sebagai pembuka pintu Surga. Nabi bersabda, Kunci surga adalah shalat
dan kunci shalat adalah wudhu.” (HR Tirmidzi).
Kedua, sebagai penerang hati.
Shalat mendidik jiwa, menajamkan nurani, dan menerangi hati melalui lentera
kebesaran dan keagungan. Nabi bersabda, “Shalat itu adalah cahaya penerang bagi
seorang Mukmin.” (HR Ibnu Majah).
Ketiga, meraih ketenangan dan
kebahagiaan. Seseorang yang mendirikan shalat berarti sedang menghadap Allah
secara langsung tanpa perantara. Dengan keadaan seperti itu, perasaan dekat
kepada-Nya menyelimuti jiwa, kebersamaan dengan-Nya memenuhi dada yang diiringi
rasa tenteram, percaya diri, dan penuh keyakinan.
Kondisi itu pula yang
mengantarkan seseorang untuk sujud dan rukuk dengan penuh khusyuk, seraya
memohon pertolongan Nya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk
dalam shalatnya.” (QS al-Mukminun [23]: 1-2).
Keempat, menghapus dosa. Setiap
manusia tidak luput dari salah dan dosa. Salah satu sarana untuk menghapus dosa
adalah dengan menjaga shalat lima waktu. Nabi bersabda, ”Begitulah seperti
halnya shalat lima waktu yang menghapuskan dosa-dosa.” (HR Muslim).
Kelima, mencegah perbuatan keji
dan mungkar. Dengan kata lain, menjalankan shalat dengan benar dapat mencegah
berbagai bentuk kemungkaran. Hal ini menunjukkan, shalat dapat mempercantik
perilaku dan memperindah diri dengan akhlak mulia. “Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut [29]:
45).
Dalam hadis Nabi disebutkan,
”Barang siapa yang mendirikan shalat tetapi dirinya tidak terhindar dari
perbuatan keji dan munkar maka hakikatnya dia tidak melaksanakan shalat.” (HR
Thabrani).
Keenam, menjadi pembeda antara
Mukmin dengan kafir. Nabi bersabda, “Sesungguhnya batas antara seseorang dan
kemusyikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dalam hadis lain, Kesepakatan
yang mengikat kita dengan mereka adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkan
shalat berarti telah kafir.” (HR Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Oleh karena itu, kewajiban shalat
tidak akan pernah lepas dari seorang Muslim. Ia tidak dapat gugur hanya karena
sakit atau bepergian. Di mana pun seorang Muslim berada, ia tetap berkewajiban
mendirikan shalat.
Dan, bumi ini dijadikan untukku
baik dan suci sebagai tempat bersujud. Jika waktu shalat datang pada setiap
umatku, hendaknya ia mendirikannya di manapun ia berada.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Peringatan Isra dan Mi’raj
merupakan momentum bagi kaum Muslimin untuk mengevaluasi kualitas dan untuk
mengambil pelajaran dari nilai-nilai shalat. Sehingga, shalat yang dilakukan
dapat mengubah seseorang menjadi lebih bermakna dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Pertama, shalat mendidik kaum
Muslimin untuk mensucikan diri dari sifat-sifat buruk. Hal ini dijelaskan
melalui firman Allah SWT, ”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut "29": 45).
Kedua, shalat mendidik kesatuan
dan persatuan umat. Orang yang melaksanakan shalat menghadap ke satu tempat
yang sama, yaitu Baitullah. Hal ini menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan
dan kesatuan umat. Perasaan persatuan ini akan menimbulkan saling pengertian dan
saling melengkapi antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Ketiga, shalat mendidik disiplin
waktu. Setiap yang shalat selalu memeriksa masuknya waktu shalat, dan menjaga
serta berusaha untuk menunaikannya tepat pada waktunya, sesuai ketentuan syara,
dan menaklukkan nafsunya untuk tidak tenggelam dalam kesibukan duniawi yang
melalaikan .
Keempat, shalat mendidik tertib
organisasi. Menyangkut tertibnya jamaah shalat yang baris lurus di belakang
imam dengan tanpa adanya celah kosong (antara yang satu dengan jamaah di kanan
kirinya) mengembalikan kaum Muslimin pada perlunya nidzam (tertib organisasi).
Dalam falsafat organisasi dikatakan, kebenaran yang tidak terorganisir dapat
dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir.
Kelima, shalat mendidik ketaatan
kepada pemimpin. Mengikuti gerakan imam, tidak mendahuluinya walau sesaat,
menunjukkan adanya ketaatan dan komitmen atau loyal, serta meniadakan penolakan
terhadap perintahnya, selama perintah tersebut tidak untuk bermaksiat. Nabi SAW
bersabda, ”Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah
SWT.” (HR Ahmad).
Keenam, shalat mendidik
keberanian untuk mengingatkan pimpinan. Jika imam lalai, diharuskan bagi makmum
untuk mengingatkannya (dengan membaca subhanallah), hal ini menunjukkan
keharusan rakyat untuk menegur atau mengingatkan pemimpinnya jika lalai atau
melakukan kesalahan.
Ketujuh, shalat mendidik
persamaan hak. Pada shalat berjamaah, dalam mengisi shaf tidak didasarkan pada
status sosial jamaah, tidak pula memandang kekayaan atau pangkat, walau dalam
shaf terdepan sekalipun. Gambaran ini menunjukkan adanya persamaan hak tanpa
memperdulikan tinggi kedudukan maupun tuanya umurnya.
Kedelapan, shalat mendidik hidup
sehat. Dalam shalat pun memberikan kesan kesehatan, yang diwujudkan dalam
gerakan di setiap rakaat shalat, yang setiap harinya minimal 17 rekaat secara
seimbang. Hal ini merupakan olah-raga fisik dalam waktu yang teratur dengan
cara yang sangat sederhana dan mudah dalam gerakannya.
Semoga dalam memperingati Isra dan Mi’raj Nabi SAW ini
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari kita,
Post a Comment for "SMA NEGERI 1 BIREUEN MEMPERINGATI ISRA' MI'RAJ 27 RAJAB 1444 H / 2023"